TikTok Kembali ke App Store (Toko Aplikasi) AS Setelah Trump Menunda Pelarangan
Apple dan Google telah memulihkan TikTok ke app store (toko aplikasi) mereka di AS setelah Presiden Donald Trump menunda pemberlakuan larangan. Tindakan ini dilakukan setelah TikTok sempat dihapus untuk mematuhi undang-undang yang mengharuskan ByteDance untuk melepaskan kepemilikan aplikasi tersebut atau menghadapi larangan di AS.
Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang pemberlakuan larangan terhadap TikTok hingga 5 April. Perusahaan-perusahaan teknologi tersebut juga memulihkan aplikasi ByteDance lainnya, yaitu CapCut dan Lemon8. TikTok sebelumnya dihapus dari app store (toko aplikasi) sebagai bentuk kepatuhan terhadap undang-undang yang mewajibkan ByteDance untuk melakukan divestasi aplikasi tersebut atau menghadapi pelarangan di AS.
Para analis berpendapat bahwa penundaan dari Google dan Apple untuk mengembalikan aplikasi tersebut disebabkan oleh menunggu jaminan bahwa mereka tidak akan dituntut. Trump telah meyakinkan raksasa teknologi tersebut bahwa mereka tidak akan didenda karena mendistribusikan atau memelihara TikTok.
Detail Larangan dan Potensi Akuisisi TikTok
Trump mengemukakan gagasan bahwa TikTok dapat dimiliki bersama, dengan setengah kepemilikannya berada di tangan Amerika Serikat. Beberapa nama calon pembeli potensial telah muncul, termasuk Frank McCourt, Kevin O’Leary, dan MrBeast (seorang tokoh YouTuber terkenal). Trump menyarankan agar AS dapat memiliki 50% saham di TikTok melalui joint venture (usaha patungan) atau pembelian melalui sovereign wealth fund (dana kekayaan negara).
TikTok, yang memiliki lebih dari 170 juta pengguna di Amerika, sempat menghentikan layanan secara singkat sebelum adanya jaminan dari Trump. Pengguna yang telah menghapus aplikasi TikTok tidak dapat menginstalnya kembali, sementara pengguna yang sudah ada tetap dapat menggunakan aplikasi tersebut. Situasi ini menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian di kalangan pengguna TikTok di AS.
Menariknya, sikap Trump terhadap TikTok mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada masa jabatan pertamanya, ia mendukung pelarangan TikTok, namun kemudian berubah pikiran dan mengklaim bahwa ia memiliki “warm spot” (perasaan hangat) terhadap aplikasi tersebut. Sebagai informasi tambahan, CEO (Chief Executive Officer atau Direktur Utama) TikTok, Shou Chew, termasuk di antara para tamu yang hadir dalam upacara pelantikan Trump. Hal ini menambah dimensi menarik pada hubungan antara Trump dan TikTok.
Latar Belakang dan Implikasi
TikTok menunjukkan popularitas yang luar biasa dengan lebih dari 52 juta unduhan pada tahun 2024. Menurut data dari Sensor Tower, TikTok adalah aplikasi yang paling banyak diunduh kedua di AS tahun lalu, dengan angka mencapai 52 juta unduhan. Statistik ini menggarisbawahi daya tarik TikTok yang kuat di pasar aplikasi seluler Amerika.
Perlu diingat, undang-undang yang mewajibkan ByteDance untuk menjual aset TikTok di AS sebenarnya telah disahkan sejak April lalu oleh Presiden Joe Biden, yang saat itu menjabat. Keputusan ini dipicu oleh kekhawatiran terkait keamanan nasional. Sebelumnya, di era Presiden Joe Biden, undang-undang yang sama telah dibuat, menuntut ByteDance untuk menjual operasi TikTok di AS paling lambat 19 Januari 2025, atau menghadapi pelarangan. Undang-undang ini kemudian diperkuat oleh keputusan Mahkamah Agung pada 17 Januari.
Sebagai respons terhadap popularitas TikTok yang terus meningkat, jaringan media sosial pesaing seperti X dan Bluesky telah meluncurkan feed (beranda) video vertikal khusus. Selain itu, Meta, perusahaan induk Instagram dan Facebook, juga mengumumkan aplikasi pengeditan video. Langkah-langkah ini menunjukkan bagaimana platform media sosial lain berusaha untuk bersaing dan mendapatkan pangsa pasar di tengah dominasi konten video pendek yang dipopulerkan oleh TikTok.